Monday, 11 May 2009

Indonesia Juara Umum Olimpiade Sains Internasional Yunior 2009

Suatu kebanggaan dari anak bangsa didapat saat Tim Indonesia menjadi juara umum dalam Olimpiade Sains Internasional Yunior atau The First International Junior Science Olympiad setelah memborong delapan medali emas dan empat perak.

Dalam kompetisi yang diikuti 30 negara itu dan pertama kalinya di dunia atas prakarsa Indonesia, gelar Best Experimental Winner dan Absolute Winner juga dikantongi Indonesia. Gelar Best Experimental Winner diraih oleh Stephanie Senna, sedangkan gelar Absolute Winner jatuh pada Diptarama.

Hasil kompetisi tersebut diumumkan dalam upacara penutupan oleh Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo di Gedung Rama dan Shinta, Dunia Fantasi Ancol, Jakarta, Senin (13/12).Selain Diptarama (SMP Negeri 252 Jakarta) dan Stephanie Senna (SMPK-IPEKA Tomang, Jakarta), medali emas Indonesia lainnya disumbang Aziz Adi Suyono (SMP Negeri 9 Cilacap), Achmad Furqon (SMP Bina Insan Bogor), Andika Afriansyah (SMP Nusantara Makassar), Wayan Wicak Ananduta (SMP Negeri 1 Bekasi), Ria Ayu Pramudita (MTs Negeri Malang), dan William (SMP Sutomo Medan). Sementara Taiwan meraih lima emas, Thailand dua emas, Korea Selatan satu emas, Rusia satu emas, dan Kazakhstan satu emas.

Anggota tim Indonesia yang berhasil meraih medali perak adalah Dewi Kusumawati (SMP Negeri 1 Seputih Surabaya, Lampung), Petrus Yesaya Samori (SMP Negeri 2 Jayapura), Fransiska Putri Wina Hadiwidjana (SMP YPJ Kuala Kencana Mimika), dan Carolina Jessica (SMP Xaverius 1 Palembang).

Stephanie Senna mengaku lega dapat menyumbangkan emas bagi Indonesia dalam kompetisi itu. “Sebelumnya saya tidak yakin karena tes tersebut sulit sekali dan saya khawatir membuat banyak kesalahan,” kata Stephanie, yang juga meraih gelar Best Experimental Winner setelah mempraktikkan fermentasi dengan buah salak.

Setiap peserta The First International Junior Science Olympiad (IJSO) mengikuti tiga jenis kompetisi, yaitu test competition untuk mengetahui kemampuan dasar Fisika, Kimia, dan Biologi; theoretical competition guna melihat kemampuan pemecahan soal teori gabungan dari Fisika, Kimia, dan Biologi; serta experimental competition untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal eksperimen gabungan antara dua atau tiga mata pelajaran tersebut. Dari ketiga jenis kompetisi itu, Diptarama dari Indonesia meraih nilai tertinggi dan berhak atas gelar Absolute Winner.

Kemenangan tersebut merupakan buah dari kerja keras 12 anggota tim Indonesia yang selama 10 bulan dikarantina secara khusus untuk dibina. Bagi anak-anak tersebut, pemerintah akan menyediakan hadiah dalam bentuk Tabanas, yang saat ini jumlahnya sedang dibahas. Peraih medali emas juga akan mendapatkan asuransi pendidikan yang akan menjamin mereka hingga lulus perguruan tinggi.

Gemar sains

Mendiknas Bambang Sudibyo dalam sambutannya mengatakan, menang atau kalah bukan hal terpenting. Menurut dia, acara ini sesungguhnya lebih untuk menjalin persahabatan di antara komunitas ilmuwan muda dan kerja sama di masa mendatang.

President of IJSO Masno Ginting menambahkan, ajang tersebut sekaligus untuk menumbuhkan kecintaan generasi muda terhadap sains. “Sains selama ini menjadi anak tiri dan dianggap tidak langsung dapat bermanfaat atau menjamin masa depan sehingga orang malas mempelajarinya,” kata Masno.

Hal senada diungkapkan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas Indra Djati Sidi. Ia mengatakan, medali bukan segalanya karena yang terpenting adalah menumbuhkan motivasi bagi anak-anak itu.

Indra juga mengatakan, kemenangan ini diperoleh secara adil. Soal yang diberikan kepada para peserta merupakan hasil godokan para ketua tim dari berbagai negara peserta IJSO. Selain itu, sosialisasi untuk persiapan tanding dilakukan sejak setahun lalu.

IJSO akan menjadi agenda tahunan dan telah terbentuk organisasi internasionalnya yang diketuai Masno Ginting dengan pengurus dari berbagai negara. Kali ini IJSO mendapat anggaran sekitar Rp 10 miliar.

IJSO kedua kembali akan diadakan oleh Indonesia sambil menunggu kesiapan negara lain menjadi tuan rumah. Namun, untuk tahun 2006 hingga tahun 2010 telah ada negara yang bersedia menyelenggarakan, berturut-turut Brasil, Taiwan, Eropa (belum ditentukan negaranya), Korea, dan Nigeria. (INE)


0 comments: