Dalam pelajaran sejarah mulai dari SD hingga SMA bahkan sampai di perguruan tinggi pelopor pergerakan nasional adalah ”Boedi Oetomo” (BO) yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 oleh kaum intelektual di School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) dengan penggeraknya adalah Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Goembrek, Saleh, dan Soeleman. Organisasi ini menitikberatkan pada aspek pendidikan. Mereka mengusulkan beberapa tuntutan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk melakukan perbaikan dalam berbagai hal berkaitan dengan upaya peningkatan pendidikan keseluruh lapisan masyarakat, tidak hanya untuk golongan priyayi saja. Sehingga organisasi ini dianggap tidak berbahaya oleh pemerintahan kolonial waktu itu karena masih bersifat lokal atau kedaerahan. Bahkan ada campur tangan dari organisasi organisasi rahasia Yahudi Internasional di bawah pendudukan Belanda yang disebut dengan organisasi Freemason (Tarekat Mason Bebas) dalam bahasa Belanda disebut dengan “Vrijmetselarrij”. Tentu dengan campur tangan organisasi berbahaya ini bagi pembentukan mental spiritual anak muda yang sedang bergelora semangatnya dan berakibat pada nilai-nilai sekularisme. Hal ini bisa dilihat juga fakta sejarah Pendidikan Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara dengan pendidikan moralnya dengan istilah Budi Pekerti. Hal ini berakibat berkurangnya kepedulian menjalankan Al-Qur’an dan Sunnah di kalangan akademisi karena pengaruh pendidikan ala Belanda secara simultan mengadopsi ilmu-ilmu barat.
Fakta sejarah tentang adanya Freemason di tubuh pergerakan Boedi Oetomo dengan dahsyat digaungkan setiap tahun untuk diperingati sebagai lahirnya kebangkitan Nasional telah dirahasiakan keberadaannya dalam pelajaran sejarah di sekolah. Sehingga citra pergerakannya menjadi sangat dipertimbangkan sebagai pelopor berdirinya pergerakan nasional. Sebenarnya gerakan kebangkitan nasional versi Budi Utomo ini lebih dapat disebut sebagai usaha bercokolnya Yahudi di Indonesia melalui selubung kaum Freemason atau Tarekat Mason Bebas, karena kita juga dapat temui komunitas Yahudi di Indonesia1.
Kalau meninjau fakta sejarah tentang organisasi pergerakan nasional harusnya Sarekat dagang Islamlah sebagai pelopor berdirinya organisasi Nasional. Sejarah menunjukkan bahwa awal berdirinya organisasi yang ada di Indonesia tidak lepas dari perjuangan umat Islam. Di Jakarta pada 17 Juli 1905 berdiri perkumpulan al-Jam’iyat al-Khairiyah. Organisasi ini adalah wahana untuk mendirikan sekolah dasar untuk masyarakat Arab dengan kurikulum yang sudah modern. Kemudian pada 16 Oktober 1905 berdiri Sarekat Dagang Islam (SDI) oleh H Samanhudi, seorang saudagar Muslim di Solo. Sarekat Dagang Islam berawal dari dominasi pedagang-pedagang Cina yang menguasai perdagangan pribumi sehingga organisasi ingin menghalau perdagangan yang tidak sehat itu. Pedagang pribumi menjadi korban penguasaan para pedagang Cina dan bahkan sampai sekarang banyak warga Cina yang menjadi Jawa. Mereka terus bercokol dalam perdagangan dan bersaing dengan para pedagang pribumi.
Sarekat Dagang Islam (SDI) tidak hanya sebagai organisasi dalam ekonomi untuk mencapai kemakmuran negeri namun dalam perpolitikan telah dianggap berbahaya oleh pemerintahan kolonial Belanda. Organisasi dengan cepat meluas hampir di seluruh penjuru nusantara untuk semua lapisan masyarakat. SDI tidak hanya aktif melakukan perbaikan dalam perekonomian namun sudah menuntut kemerdekaan bangsa. Hal inilah yang membawa pembenahan dalam tubuh SDI setelah SDI dibekukan pada Agustus 1912.
Menyikapi pembekuan SDI oleh Belanda yang tidak punya cukup bukti akhirnya dicabut. Akhirnya organisasi ini menyusun Anggaran Dasar yang disahkan dengan akta notaris di Surabaya pada 10 September 1912. Dalam keputusannya menghapus kata ”dagang” sehingga menjadi Sarekat Islam (SI) dengan memilih Haji Oemar Said Tjokroaminoto sebagai pemimpin SI.
Penjajahan dengan praktik-praktik yang menindas rakyat oleh Belanda terus dilawan oleh SI dengan gigih guna mewujudkan kenegaraan, kebenaran, dan keadilan. Walaupun pada waktu itu Belanda mempropagandakan politik etis dengan usaha edukasinya telah meresahkan kalangan umat Islam. SI melakukan pembenahan dan peningkatan dalam tubuh organisasi ini. Beberapa kongres diselenggarakan untuk membahas permasalahan bangsa. Bahkan dalam Kongres ketiga yang diadakan pada tanggal 29 September hingga 6 Oktober 1918 di Surabaya, Cokroaminoto menyatakan jika Belanda tidak melakukan reformasi sosial berskala besar, SI akan melakukannya sendiri di luar parlemen2.
Sejak awal berdiri organisasi ini terus melakukan perbaikan, peningkatan, dan menuju kemakmuran bangsa Indonesia. Bahkan perkembangannya begitu cepat jauh dari Boedi Oetomo. Fakta sejarah menunjukkan bahwa pada tahun 1916 tercatat 181 cabang di seluruh Indonesia dengan tak kurang dari 700 ribu anggota. Jumlah yang sangat fantastis sehingga kekuatannya politiknya sangat diperhitungkan. Namu pada masa kejayaan Boedi oetomo anggotanya tidak lebih dari 10 ribu orang. Hal ini dapat dibaca bahwa Boedi Oetomo berkembang hanya dalam kalangan akademisi dan golongan priyayi yang masih bersifat lokal/kedaerahan.
Berikut ini Perbandingan BO dengan SI agar jelas kedudukan kedua organisasi pergerakan nasional Indonesia dalam beberapa tinjauan:
No Aspek yang
Dibandingkan
Budi Utomo
SI/SDI
1. Tujuan
Menggalang kerjasama guna memajukan Jawa-Madura (Anggaran Dasar BO Pasal 2)
Islam Raya dan Indonesia Raya
2. Sifat
Kesukuan sempit, terbatas hanya Jawa-Madura.
Bersifat nasional untuk seluruh bangsa Indonesia.
3. Bahasa
Anggaran Dasar berbahasa Belanda
Anggaran dasarnya berbahasa Indonesia
4. Sikap
terhadap
Belanda:
Menggalang kerjasama dengan penjajah Belanda karena sebagian besar tokoh-tokohnya terdiri dari kaum priyayi pegawai pemerintah.
Bersikap non-koperatif dan anti terhadap penjajahan kolonial Belanda.
5. Sikap
terhadap
Agama
Bersikap anti Islam dan anti Arab (dibenarkna oleh sejarawan Hamid Algadrie dan Dr. Radjiman)
Membela Islam dan memperjuangkan kebenarannya,
6. Perjuangan Kemerde-kaan
tidak pernah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan telah membubarkan diri tahun 1935.
SI memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan mengantar bangsa ini melewati pintu gerbang kemerdekaan
7. Korban Perjuangan
Anggota BO tidak ada satu pun yang masuk penjara, apalagi ditembak dan dibuang ke Digul,
Anggota SI berdesak-desakan masuk penjara, ditembak mati, dan banyak anggotanya yang dibuang ke Digul, Irian Barat,
8. Kerakyatan
BO bersifat feodal dan keningratan
SI bersifat kerakyatan dan kebangsaan
9. Melawan Arus
BO menurutkan kemauan arus penjajahan,
SI berjuang melawan arus penjajahan
Dari tabel diatas sangat jelas kiprah kedua organisasi tersebut. Yang jelas antara BO dan SDI/SI memiliki perbedaan yang mencolok dalam memperjuangkan visi-misinya. Sehingga SDI/SI benar-benar menjadi organisasi pelopor pergerakan nasional yang memperjuangkan kemerdekaan.
Sebagai umat Islam Indonesia harus mengakui pergerakan nasional yang dibangun oleh Sarekat Islam pada 16 Oktober 1905 adalah titik tolak pergerakan nasional. Umat Islamlah yang mampu mendobrak “nasionalisme” dalam mewujudakan kemerdekaan Indonesia. Salah satu tokoh bangsa M Natsir dalam Indoensisch Nationalism mengatakan bahwa pergerakan Islamlah yang pertama meretas jalan di negeri ini bagi kegiatan politik yang mencita-citakan kemerdekaan. Boedi Oetomo memang sah di Badan Hukum Pemerintahan Hindia-Belanda karena memang tidak membahayakan dan dari pihak Belanda sendiri telah menyusupkan paham Yahudi lewat organisasi Freemason. Umat Islam harus kritis terhadap fakta sejarah dengan meluruskan kembali peringatan hari kebangkitan nasional yang berawal dari kalangan Muslim. Sarekat Dagang Islamlah sebagai pelopor dalam nasionalisme.
Monday, 18 May 2009
SIKAP yang di ReKOMENIN buat 20 MEI
Posted by ebong techno at 09:12
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment